Katapolos, Tokyo – Air mata Greysia/Apriani menetes ketika lagu Indonesia berkumandang iringi kibaran bendara Merah Putih di arena Olimpiade 2020 Tokyo.
Keharuan karena tak menyangka bisa menjadi juara Olimpiade. Torehan yang sekaligus menjaga tradisi medali emas dari cabang olahraga bulu tangkis.
“Saya tidak parcaya ketika shuttlecock out dan menjadi poin bagi kami di akhir game kedua. Sejujurnya saya masih tak meyangka menjadi juara Olimpiade. Kami hanya mencoba menang poin demi poin. Kami memang ingin membuat sejarah bagi bulu tangkis, sejarah untuk indonesia,” kata Greysia.
“Rasanya bercampur aduk. Mungkin orang tak percaya kami, tapi kami percaya kami. Tuhan percaya kami. Korea dan China lawan yang kuat. Kami hanya mau memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” lanjutnya.
“Medali emas ini bukan hanya impian Ka Greysia, tetapi juga saya. Medali emas ini untuk almarhum orang tua saya dan kakakku,” tambah Apriyani.
Greysia dipasangkan dengan Apriyani pada 2017. Tepatnya, setelah Nitya Krishinda Maheswari cedera. Kala itu, Greysia bahkan sudah berniat menggantung raket. Namun, rencana itu akhirnya ditunda karena pelatih Eng Hian memintanya untuk mendampingi junior, yang kebetulan saat itu Apriyani datang ke Pelatnas PBSI Cipayung.
“Saya berpasangan dengan Greysia empat tahun lalu. Perjalanan panjang, di mana saya belajar untuk mendewasakan diri. Hari ini kami mendapatkan semua, berkat dari Allah dan doa keluarga serta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dan Bahagia,” kata Apriyani.
Keping emas Greysia/Apriyani sekaligus mendongkrak peringkat Indonesia di klasemen medali. Hingga 16.45 JST, Indonesia menempati ranking 34 dengan perolehan 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Medali Indonesia masih bisa bertambah karena masih ada atlet Merah Putih yang akan bertanding, yaitu Anthony Sinisuka Ginting di perebutan medali perunggu serta lifter Nurul Akmal yang akan turun di kelas +87kg putri. (*)